Photobucket

Rabu, 28 November 2012

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Pakan pada Ternak


BAB I
PENDAHULUAN
Proses makan (feeding) adalah aktivitas yang komplek, yang meliputi mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan dimetabolismekan. Semua proses ini dapat mempengaruhi konsumsi makanan dalam jangka pendek (short term basis). Namun demikian perlu diperhatikan bahwa, pada ternak dewasa kebutuhan pokoknya (berat tubuhnya) relatif konstan, walaupun makanan tersedia ad libitum. Dengan demikian konsep jangka pendek-jangka panjang dalam mengontrol konsumsi harus diperhatikan. Walaupun sistem kontrol ini sama pada setiap jenis ternak, namun ada perbedaan antar spesies yang tergantung pada pada struktur dan fungsi saluran pencernaannya.
Untuk menghasilkan performan produksi yang tertinggi, ternak memerlukan nutrien. Nutrien ini dibutuhkan untuk hidup pokok (maintenance) dan berbagai produksi (production). Faktor yang harus diperhatikan adalah jumlah makanan yang diberikan, semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari, akan semakin memberikan kesempatan untuk menghasilkan produksi tinggi. Peningkatan produksi yang diperoleh dari konsumsi makanan yang lebih tinggi biasanya berkaitan dengan peningkatan efesiensi proses-proses produksi, sehingga proporsi untuk kebutuhan pokok menurun sedangkan produksi meningkat.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Insting/naluri (kebutuhan tubuh)
            Tingkah laku ternak yang kebutuhan pakan sudah terpenuhi tapi ada zat nutrisi yang ia butuhkan tidak terdapat pada pakannya seperti kelinci yang memakan kotoran pertamanya di pagi hari, ayam yang mematuk-matuk kerikil, sapi yang menjilat air seninya sendiri dan lain-lain.

2.2. sensor lapar kenyang
a. kimia (kandungan glukosa dalam darah atau gula darah)
            Hipotalamus mengatur berbagai pengeluaran zat makanan dari makanan dalam saluran pencernaan, penyerapan serta transportasi zat-zat makanan. Berdasarkan teori khemostatik, peningkatan konsentrasi substansi tertentu memberikan signal untuk berhenti makan, sebaliknya jika konsentrasi rendah menyebabkan ternak akan mulai makan. Glukosa merupakan indikator yang menentukan kenyang atau lapar bagi ternak. Jika konsentrasi glukosa darah rendah dan disuntik dengan insulin maka ternak akan merasa lapar. Sebaliknya setelah makan konsentrasi glukosa akan meningkat dan ternak akan berhenti makan.

Mekanisme pengaturan gula darah diilustrasikan pada berikut:


Reseptor glukosa diduga terletak di hipothalamus. Hipotalamus dapat memonitor kadar glukosa baik di pembuluh vena maupun arteri. Penelitian yang lain menunjukan bahwa receptor tersebut saluran pencernaan dan hati. Sebagai bukti bahwa jika glukosa disuntikan di usus atau di sistem portal hepatik menyebabkan menurunan intake pakan yang lebih besar dibandingkan jika disuntikan di sirkulasi periperal. Dugaan lain yang mengatur komunikasi saluran pencernaan dan otak adalah hormon peptida cholecystokinin. Hormon ini dikeluarkan jika asam amino dan asam-asam lemak mencapai duodenum, dan ini merupakan kerja hipothalamus



b. fisik (kapasitas rumen atau lambung ternak)
Interaksi antara efek mekanistis makanan dalam lambung atau rumen (berupa distensi atau penggembungan lambung oleh makanan) dengan efek kimia dari makanan berupa pelepasan hormon-hormon tertentu seperti Kolesistokinin dari usus halus. Sehingga ternak akan merasa kenyang.
           
2.3. Thermostatik
Teori ini berlandasan bahwa ternak akan makan untuk mempertahankan panas dan akan berhenti makan untuk mencegah hyperthermia. Panas yang diproduksi dari hasil pencernaan dan metabolisme makanan adalah merupakan signal dalam pengaturan makan. Thermoreceptor sensitif terhadap perubahan panas yang terjadi di anterior hipothalamus dan juga di periperal kulit. Sebagai bukti, pada daerah panas ternak akan mengurangi makannya untuk menurunkan produksi panasnya.

2.4. palatabilitas, tekstur dan rasa
            Penginderaan penglihatan, penciuman, perabaan dan perasa memiliki peran yang penting dalam menstimulasi selera makan manusia, dan mempengaruhi jumlah makanan yang dicerna. Pada hewan penginderaan memiliki peran yang lebih kecil dari pada manusia. Palatabilitas adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang terpilih dan dimakan. Pengertian palatabilitas berbeda dengan konsumsi. Palatabilitas melibatkan indera penciuman, perabaan dan perasa. Pada ternak peliharaan memperlihatkan prilaku mengendus (sniffing) makanan.
Kebanyakan hewan memiliki preferensi menyukai makanan tertentu, terutama jika memiliki kesematan memilih. Contohnya, anak babi muda lebih menyukai larutan gula dibandingkan air, sementara unggas tidak bisa membedakan rasa manis, tapi tidak dapat mencerna larutan garam dengan konsentrasi berlebih.



BAB III
KESIMPULAN
            Banyak faktor yang mempengaruhi ternak untuk mengkonsumsi pakan. Kapasitas rumen atau lambung, naluri atau insting ternak yang kekurangan zat nutrisi tertentu, keadaan lingkungan yang menyebakan ternak harus mempertahankan suhu tubuhnya, palatabilitas, tekstur, dan rasa mempengaruhi dorongan ternak untuk mengkonsumsi pakan.




DAFTAR PUSTAKA
http://aminuddin01.wordpress.com/2009/09/24/bagaimana-kita-merasa-lapar-dan-kenyang-mengapa-kita-perlu-merasakan-lapar/
»»  Baca Selengkapnya...

Selasa, 20 November 2012

Penyakit pada Unggas


BAB I
PENDAHULUAN
            Penyakit pada ayam bisa disebabkan oleh parasit, bakteri, dan virus. Penyakit yang disebabkan parasit biasanya menempel pada ayam dan menghisap darahnya. Penyakit yang disebabkan bakteri bisa disembuhkan dengan obat sedangkan penyakit yang disebabkan oleh virus hanya antibodi dari unggas tersebut yang bisa menyembuhkannya.
            Pengetahuan terhadap jenis penyakit pada unggas sangat penting. Karena dengan mengetahui jenis dan penyebab penyakit tersebut dapat mencegah dan mengobatinya.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyakit yang disebabkan parasit
a. Cacingan
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan.
Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
b. Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
2.2. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
a. Salmonellosispullorum (Pullorum, Bacillary white diarrhoea)
Penyebab: Bakteri Salmonella pullorum. Bersifat non-motil, non spora dan tidak membentuk kapsul, bakteri batang gram negative. Penularan penyakit secara vertical terjadi melalui telur ayam (transovarian).   Kontaminasi juga bisa terjadi melalui feses, pakan, dan air minum, incubator. Penularan secara horizontal terjadi dari unggas satu ke unggas lainnya.
Pencegahan dan pengobatan: Pengujian kelompok breeder menggunakan serum aggulatination atau enzyme linked immuneo sorbent assay (ELISA). Kontrol secara teratur hewan carrier terutama rodensia. Lakukan penyemprotan atau fumigasitelur dengan formaldehyde. Spray ruang penyimpanan telur dengan 2.5% hydrogen peroxide dan 1% quaternary ammonia. Pakan pellet dapat membantu membunuh bakteri. Proses pemanasan selama Pelleting membunuh bakteri. Sebagian besar negara memiliki program nasional untuk kontrol Salmonella pullorum melalui radiasi pakan untuk membunuh bakteri.

b. Collibacillosis
Collibacillosi sadalah penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh kuman Echerichia coli yang pathogen/ganas baik secara primer maupun secara sekunder.
Berikut ini gejala yang timbul pada penyakit ini adalah: napsu makan menurun,  ayam lesu dan tidak bergairah, bulu kasar, sesak napas, kotoran banyak menempel di anus, dan diare.
Kuman E.coli kebanyakan sensitif/peka terhadap beberapa antibiotika seperti kelompok aminoglukosida (NEOXIN), polipeptida (MOXACOL), tetrasiklin, Sulfonamida, trimethoprim (COLIMAS) dan Quinolon (CIPROMAS, ENROMAS). Apabila setelah diobati dengan berbagai antimikroba tidak terjadi perubahan ke arah penyembuhan, maka perlu dilakukan uji sensitivitas.
Pencegahan dengan menggunakan obat suntik Hiprasulfa–TS dan Gentipra, serta spray kandang dengan desinfektan Biodes-100, Septocid dan Glutamas, maupun pengobatan dengan menggunakan Neoxin, Moxacol, Colimas, Cipromas maupun Enromas, agar diperhatikan benar cara dan dosis pemakaiannya dan dilaksanakan sesuai dengan anjuran dari pembuatnya, agar mendapatkan efek pengobatan yang maksimal.

c. Kolera
Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau Pasteurella multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit ini menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat akut atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan produktivitas bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan. Kolera dapat ditularkan melalui kontak langsung, pakan, minuman, peralatan, manusia, tanah maupun hewan lain. Pada serangan akut, kematian dapat terjadi secara tiba-tiba.
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab: pasteurella multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

d. Foel typhoid
            Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
2.3. penyakit yang disebabkan oleh virus
a. Newcastle disease (ND)
            ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan. Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
b. Infeksi bronchitis
            Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
c. Infeksi laryngotracheitis
            Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
d. Gumboro
            Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu. Penyakit karena Jamur dan Toksin. Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun.


BAB III
KESIMPULAN
            Pengetahuan mengenai penyakit pada unggas sangatlah penting. Sehingga peternak dapat mencegah dan mengobati penyakit tersebut sesuai dengan jenis penyakitnya.



DAFTAR USATAKA


http://ayamjagoan.wordpress.com/2012/07/25/jenis-penyakit-ayam/

http://torajacybernews.com/umum/berbagai-macam-penyakit-bakteri-pada-ayam.html

http://blogs.unpad.ac.id/dwicipto/files/2011/02/Kuliah-8.-Penyakit-Bakterial-1b.pdf
»»  Baca Selengkapnya...

Minggu, 18 November 2012

Pasang Iklan


A. Paket Pemasangan Iklan di Gudan Nya Gudang

No
Ukuran iklan
Posisi Iklan
Harga
Keterangan
1
300 x 250
Sidebar kanan
atas
Rp. - / slot/ 30 hari
2 slot
2
125 x 125
Sidebar kanan
tengah
Rp. -/ slot / 30 hari 
4 slot
3
550 x 90
Di atas artikel
Rp. - / 30 hari
1 slot
4
550 x 90
Di bawah artikel
free buat yang masang iklan no.3
1 slot
5
150 x 300
Sidebar kiri atas
Rp - /30 hari
1 slot

Untuk memasang iklan silahkan sms ke 083842772116. Jika dalam waktu  4 hari (masa gratis) tidak ada konfirmasi kepada kami untuk memperpanjang pemasangan iklan sesuai tarif yang telah kami sampaikan, maka terpaksa iklan Anda akan kami cabut.
Notes :
Harga sewaktu-waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, kecuali kepada pihak yang iklannya sedang terpasang. Banner iklan dibuat oleh si pemasang iklan sesuai ukuran yang telah kami tetapkan diatas, dengan format file Jpeg, Gif, Png dan diharapkan size banner tidak terlalu besar.

B. Keuntungan Memasang Iklan di Gudang Nya Gudang
Kami akan terus mempromosikan dan mengoptimalkan blog serta artikel yang kami muat ke keberbagai media popular di internet untuk menarik lebih banyak pengunjung. Dengan demikian, secara tidak langsung kami juga mempromosikan iklan, produk serta jasa yang Anda jual. Iklan Anda akan akan dipasang secara dofollow pada url resmi Anda. Harga pemasangan iklan murah dengan hasil yang maksimal.

C. Peraturan Memasang Iklan
Materi iklan dilarang mengandung unsur  kebohongan, provokasi serta melanggar undang-undang yang berlaku di Indonesia. Materi iklan sepenuhnya merupakan tanggung jawab pemasang iklan. Gudang Nya Gudang  tidak bertanggung jawab atas tuntutan serta kritikan dari konsumen pemasang iklan.

D. Pembayaran

Pembayaran iklan dapat di transfer melalui rekening atau ATM BRI
=============================
Nama : Muhammad Dani
No. Rekening : 1447-01-000729-50-2
Bank BRI Cabang KK Undip
=============================

E. Konfirmasi Pembayaran dan Data Iklan

Agar iklan Anda segera dipasang dan diproses, Anda dapat melakukan konfirmasi pembayaran dan mengirimkan data link iklan dan banner yang akan dipasang langsung melalui Email ke: muuhdani@gmail.com atau twitter: @muuhdani

»»  Baca Selengkapnya...

Selasa, 13 November 2012

Makalah Kesehatan Ternak ( Penyakit Pasteurellosis )

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam usaha peternakan, penyakit merupakan salah satu resiko yang kadang-kadang harus dihadapi. Oleh karena itu mengenali gejala masing-masing penyakit, mengetahui sumber penyebabnya dan dapat melakukan pencegahan penyakit, merupakan salah satu bekal yang penting bagi suksesnya usaha peternakan. Beberapa serangan penyakit pada ternak masih merupakan momok menakutkan bagi para perternak. Hal ini karena serangan penyakit yang sangat parah (outbreaks) sangat merugikan peternak. Tidak jarang, peternak yang gulung tikar akibat peternakannya diserang penyakit. Penyakit pada ternak bisa disebabkan oleh agen infeksius maupun non infeksius. Beberapa penyebab penyakit yang bersifat non infeksius adalah penurunan respon immun, nutrisi, cacat genetik, trauma/perlukaan ataupun keracunan. Sedangkan penyebab penyakit infeksius bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit dan jamur. Penyakit Pasteurellosis adalah salah satu dari sekian banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri. 

BAB II

PEMBAHASAN


Pasteurellosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella yang merupakan bakteri anaerobik fakultatif (bakteri yang mampu bertahan hidup tanpa oksigen dan tetap berfungsi diberbagai kondisi). Pasteurella termasuk ke dalam Ordo Pasteurellales yang Familinya adalah Pasteurellaceae. Ada 4 spesies lagi dari genus Pasteurella ini, diantaranya adalah Pasteurella multocida, Pasteurella haemolitica, Pasteurella pneumotropca sama Pasteurella ureae. Pasteurella Multocida dan Mannheimia Haemolytica (Pasteurella Haemolitica) adalah dua spesies Pasteurella yang sering dituding terlibat dalam berbagai penyakit Pasteurellosis baik secara bersama sama maupun sendiri sendiri. Kebanyakan penyakit ini disebarkan oleh anjing dan kucing. Tidak menutup kemungkinan kambing, kuda, biri-biri, tikus, hamster, babi, serigala dan jenis-jenis unggas pun juga bisa menularkan penyakit ini. 


Bakteri ini punya suatu kapsul yang terdiri dari 5 kapsul + 16 serotipe. Kapsul itu antara lain adalah "A, B, D, E dan F" dengan komposisi kapsul terbanyak menimbulkan Pasteurellosis 5A, 8A dan 9A. Kapsul nantinya berfungsi sebagai tameng bakteri sewaktu ada sel fagositosis yang nyerang. Di Pasteurella multocida terdapat kapsul B dan E bisa menyebabkan septikemia hemoragik di berbagai hewan mamalia. Pada sapi sendiri yang mengalami penyakit ini banyak ditemukan serotype 6B dan 6E. Infeksi Pasteurellosis pada ternak domba bisa terjadi setiap saat sepanjang tahun, namun yang terjadi terhadap anak domba biasa terjadi pada bulan September hingga November. Walaupun bakteri ini termasuk flora normal di dalam tubuh, tapi bisa berubah jadi penyakit yang cukup ganas juga. Bakteri ini hidup di daerah nasofaring dan gingival termasuk kucing dan anjing. Saat menimbulkan gigitan, bakteri ini bisa saja ikut berpindah ke tubuh manusia.


Penyebaran Pasteurellosis selain masalah gizi buruk juga bisa melalui kontak langsung antara ternak yang terinfeksi dengan ternak sehat, melalui pakan dan minum yang terkontaminasi kotoran dari hidung dan mulut ternak yang terinfeksi dan factor factor predisposisi (kecenderungan dari sesuatu dapat menimbulkan penyakit) seperti; Kandang yang terlalu padat juga ikut mempermudah penyebaran, debu dan polusi yang ditimbulkan oleh asap knalpot kendaraan dapat merusak lapisan didinding trachea (tenggorokan) yang pada giliran akan dijadikan tempat melekatnya bakteri, kotoran ternak yang dibiarkan menumpuk ikut andil dalam memperkaya bakteri dipeternakan, ventilasi didalam kandang yang kurang pengaturannya (musim dingin kedinginan musim panas kepanasan), pasar ternak dimana tempat bergerombolnya ternak dari berbagai tempat, saat ternak berada dalam kendaraan pengangkut dan percampuran ternak dipeternakan penggemukan dimana ternak datang dari berbagai peternakan. Selain itu juga penularan dapat terjadi melalui gigitan hewan terutama kucing. Infeksi juga dapat terjadi melalui inhalasi. Infeksi pada manusia dibagi dalam 3 kelompok:

1. Infeksi setelah gigitan atau cakaran.
2. Infeksi setelah kontak dengan hewan tanpa melalui gigitan atau cakaran.
3. Infeksi tanpa pernah ada kontak dengan hewan.

Gejala umum dari Pasteurellosis yang dialami pada manusia sejauh ini diantaranya adalah:

1. Pembengkakan.
2. Selulitis dan drainase pada daerah yang terluka.
3. Dalam 1 atau 2 jam, terjadi edema, nyeri dan terjadi pula eksudat serosanguineous bersamaan dengan terjadinya inflamasi.
4. Demam tinggi atau sedang yang diikuti dengan mual dan muntah-muntah.
5. Sesak napas
6. Diare
7. Terjadi syok dan koagulopati (pembekuan atau gangguan peredaran darah) nantinya apabila koagulopati ini berlanjut, maka akan mengakibatkan diatesis perdarahan

Komplikasi yang terjadi saat infeksi muncul rata-rata berhubungan dengan gangguan system pernapasan, beberapa diantara komplikasi yang muncul adalah: 

1. Sinusitis
2. Mastitis (radang susu)
Umumnya menyerang ternak yang sedang bunting ditandai oleh pembengkakan berwarna kemerah merahan dan panas. Penyebabnya bakteri Pasteurella Haemolotica. 
3. Empyema
4. Otitis, 
adalah istilah umum untuk peradangan pada telinga
5. Osteitis, 
Yaitu inflamas yang terjadi pada tulang
6. Meningitis, 
radang pada membran pelindung otak dan sumsum tulang belakang.
7. Endokarditis, 
yaitu peradangan pada lapisan dalam dari jantung, yaitu pada endocardum.
8. Septicaemia (keracunan darah)
Umumnya diderita oleh anak domba muda umur 2 bulan, penyebabnya bakteri Pasteurella haemolytica. Tanda tanda klinis dalam bentuk akut berupa kematian mendadak pada domba.
9. Kadang muncul Pneumonia juga walaupun dalam frekuensi yang kecil.
Pneumonia (radang paru paru): umumnya menyerang domba dewasa yang disebabkan oleh infeksi bakteri P Multocida atau P Haemolytica atau oleh keduanya. Tanda tanda klinis seperti depresi, nafsu makan menurun, batuk batuk, gangguan pernafasan, demam tinggi dan dalam tingkatan akut sering menyebabkan kematian mendadak.
10. Diatesis perdarahan (kerentanan yang tidak biasa untuk perdarahan), diantaranya dapat berupa

a. Haemophlia
Yaitu kesulitan darah untuk membeku. Haemophilia sendiri terbagi menjadi 2 bentuk, diataranya adalah Haemophilia A dan Haemophilia B. Hemofilia A (defisiensi faktor pembekuan VIII) adalah bentuk paling umum dari gangguan tersebut, terjadi pada sekitar 1 di 5.000 – 10.000 kelahiran laki-laki dan Hemofilia B (kekurangan faktor IX.) Terjadi di sekitar 1 pada sekitar 20.000 – 34.000 kelahiran laki-laki

b. Leukemia 

c. Anemia atau kekurangan darah

d. Wiskott-Aldrich syndrome (WAS)
yaitu penyakit langka resesif terkait-X ditandai dengan eksim, trombositopenia (jumlah platelet rendah), defisiensi imun, dan diare berdarah (sekunder untuk trombositopenia itu). Hal ini juga kadang-kadang disebut sindrom eksim-trombositopenia-immunodeficiency


Pengendalian agar penyakit ini tidak meluas yaitu dengan cara memisahkan ternak yang terinfeksi dari kawasan ternak yang sehat, melaporkan kedinas peternankan atau kedokter hewan untuk ditindaklanjuti. Pengobatan dengan cara memberikan antibiotika seperti Medoxi-L yang mengandung antibiotika Oxitetracycline dengan dosis 0.5 -2.00 ml. untuk setiap <10 kg. berat badan. 2.00 - 4.00 ml untuk setiap 10 - 50 kg. berat badan. 4.00 - 8.00 ml. untuk setiap > 50 kg. berat badan.


Pengobatan diberikan secara Inframuskuler (disuntikan melalui daging/otot) atau secara Subuktan (disuntikan melalui bawah kulit). Yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat yaitu Jangan memberikan melebihi 10 ml. dibagian tubuh yang sama pada ternak besar. Jangan mengkonsumsi susu yang diperah dalam waktu 4 hari setelah penyuntikan. Menghentikan pemberian Medoxi-L 5 hari sebelum ternak disembelih untuk dikonsumsi. Pencegahan terhadap penyakit Pasteurellosis yaitu dengan cara pemberian pakan yang bergizi tinggi, melakukan sanitasi pada lingkungan sekitar serta pemberian vaksinasi secara berkala yang terprogram sesuai ketentuan dari penyuluh peternakan.


BAB III

KESIMPULAN

Pasteurellosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella yang merupakan bakteri anaerobik fakultatif (bakteri yang mampu bertahan hidup tanpa oksigen dan tetap berfungsi diberbagai kondisi). Kebanyakan penyakit ini disebarkan oleh anjing dan kucing. Tidak menutup kemungkinan kambing, kuda, biri-biri, tikus, hamster, babi, serigala dan jenis-jenis unggas pun juga bisa menularkan penyakit ini. Penyebaran Pasteurellosis selain masalah gizi buruk juga bisa melalui kontak langsung antara ternak yang terinfeksi dengan ternak sehat, melalui pakan dan minum yang terkontaminasi kotoran dari hidung dan mulut ternak yang terinfeksi dan factor factor predisposisi (kecenderungan dari sesuatu dapat menimbulkan penyakit). Pencegahan terhadap penyakit Pasteurellosis yaitu dengan cara pemberian pakan yang bergizi tinggi, melakukan sanitasi pada lingkungan sekitar serta pemberian vaksinasi secara berkala yang terprogram sesuai ketentuan dari penyuluh peternakan.



DAFTAR PUSTAKA


Anonimus. 2004. Pegangan Peserta Latihan Paravet. Daftar Tindakan Terapi Yang Dapat Dilaksanakan Untuk Menyembuhkan Gejala PenyakitTertentu.

Bina Kesehatan Hewan. 1993. Manajemen Penyakit Hewan, Seri: Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid 3-4-5. Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Ressang. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi kedua. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

Soepeno, Arimiadi, S., B, Setiadi dan J. Manurung. 1993. Sistem usaha tani ternak di daerah padat penduduk (Jawa Barat). Prosiding pengolahan dan komunikasi hasil-hasil penelitian di Pedesaan Ciawi 27-29 Januari. Balai Penelitian Ternak- PUSLITBANGNAK. 118-127.

Williamson, G. dan W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
»»  Baca Selengkapnya...

Minggu, 04 November 2012

Parasit Cacing pada Ternak Ruminansia


BAB I
PENDAHULUAN
            Parasit adalah hewan renik yang dapat menurunkan produktivitas hewan yang ditumpanginya. Parasit dapat menyerang manusia dan hewan, seperti menyerang kulit hewan. Parasitoid adalah parasit yang menggunakan jaringan organisme lain untuk kebutuhan nutrisi mereka sampai organisme yang ditumpanginya meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan.
Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing disebut sebagai penyakit ekonomi. Kerugian-kerugian akibat penyakit cacing, antara lain : penurunan berat badan, penurunan kualitas daging, kulit, dan jerohan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fasciolosis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing Fasciola sp. Pada umumnya yang banyak ditemukan di Indonesia adalah Fasciola gigantica. Fasciolosis pada kerbau dan sapi biasanya bersifat kronik, sedangkan pada domba dan kambing dapat bersifat akut. Kerugian akibat fasciolosis ditaksir 20 Milyard rupiah / tahun yang berupa : penurunan berat badan serta tertahannya pertumbuhan badan, hati yang terbuang dan kematian. Disamping itu kerugian berupa penurunan tenaga kerja dan daya tahan tubuh ternak terhadap penyakit lain yang tidak terhitung. Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

2.1.1. Siklus Hidup
Telur fasciola masuk ke dalam duodenum bersama empedu dan keluar bersama tinja hospes definitif. Di luar tubuh ternak telur berkembang menjadi mirasidium. Mirasidium kemudian masuk ke tubuh siput muda, yang biasanya genus Lymnaea rubiginosa. Di dalam tubuh siput mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria. Serkaria akan keluar dari tubuh siput dan bisa berenang. Pada tempat yang cocok, serkaria akan berubah menjadi metaserkaria yang berbentuk kista. Ternak akan terinfeksi apabila minum air atau makan tanaman yang mengandung kista.


2.1.2. Pengobatan
Pengobatan secara efektif dapat dilakukan dengan pemberian per oral Valbazen yang mengandung albendazole, dosis pemberian sebesar 10 - 20 mg/kg berat badan, namun perlu perhatian bahwa obat ini dilarang digunakan pada 1/3 pertama kebuntingan, karena menyebabkan abortus. Fenbendazole 10 mg/kg berat badanatau lebih aman pada ternak bunting. Pengobatan dengan Dovenix yang berisi zat aktif Nitroxinil dirasakan cukup efektif juga untuk trematoda. Dosis pemberian Dovenix adalah 0,4 ml/kg berat badan dan diberikan secara subkutan.Pengobatan dilakukan tiga kali setahun.

2.2 Nematodosis
            Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Nematoda atau cacing gilig. Di dalam saluran pencernaan (gastro intestinalis), cacing ini menghisap sari makanan yang dibutuhkan oleh induk semang, menghisap darah/cairan tubuh atau bahkan memakan jaringan tubuh. Sejumlah besar cacing Nematoda dalam usus bisa menyebabkan sumbatan (obstruksi) usus serta menimbulkan berbagai macam reaksi tubuh sebagai akibat toksin yang dihasilkan. Pada ternak ruminansia telah diketahui lebih dari 50 jenis spesies, tetapi hanya beberapa spesies yang mempunyai arti penting secara ekonmis, antara lain sebagai berikut :
a.                  Haemonchus contortus
Penyakit yang disebabkan oleh cacing Haemonchus contortus disebut Haemonchosis. Panjang cacing Haemonchus contortus betina antara 18 – 30 mm dan jantan sekitar 10 – 20 mm. Pada cacing betina secara makroskopis usus yang berwarna merah berisi darah saling melilit dengan uterus yang berwarna putih. Cacing dewasa berlokasi di abomasum domba dan kambing.
Siklus hidup Haemonchus contortus dan Nematoda lain pada ruminansia bersifat langsung, tidak membutuhkan hospes intermediet. Cacing dewasa hidup di abomasum, memproduksi telur. Telur dikeluarkan oleh ternak bersama-sama pengeluaran feses. Di luar tubuh hospes, pada kondisi yang sesuai, telur menetas dan menjadi larva. Larva stadium L1 berkembang menjadi L2 dan selanjutnya menjadi L3 , yang merupakan stadium infektif. Larva infektif menempel pada rumput-rumputan dan teringesti oleh domba. Selanjutnya larva akan dewasa di abomasum.

Pengobatan yang bisa diberikan berupa kelompok benzilmidazole, antara lain albendazole dengan dosis 5 – 10 mg/kg berat badan, mebendazole dengan dosis 13,5 mg/kg berat badan dan thiabendazole dengan dosis 44 – 46 mg/kg berat badan. Albendazole dilarang dipakai pada 1/3 kebuntingan awal. Mebendazole dan thiabendazole aman untuk ternak bunting, tetapi thiabendazole sering menyebabkan resistensi.

b. Toxocara vitulorum (Neoascaris vitulorum)
            Cacing Toxocara vitulorum termasuk klas Nematoda yang memiliki kemampuan lintas hati, paru-paru dan plasenta. Ukuran panjang cacing betina adalah sebesar 30 cm dan lebar 25 cm, warna kekuning-kuningan dengan telur agak bulat dab memiliki dinding yang tebal. Habitat cacing adalah pada sapi dan kerbau serta berlokasi di usus kecil.
            Telur dalam tinja tertelan oleh sapi atau kerbau dan menetas di usus halus menjadi larva. Larva kemudian bermigrasi ke hati, paru-paru, jantung, ginjal dan bisa ke plasentadan masuk ke cairan amnion serta masuk ke dalam kelenjar mammae dan keluar bersama kolustrum. Upata pengobatan cacing ini adalah dengan pemberian piperazin. Pengobatan secara teratur pada anak sapi dan menjaga kebersihan kandang merupakan tindakan pencegahan yang diharuskan.

c.                   Oesophagostomum sp.(cacing bungkul)
Cacing bungkul dewasa hidup di dalam usus besar. Disebut cacing bungkul karena bentuk larva cacing ini dapat menyebabkan bungkul-bungkul di sepanjang usus besar. Ukuran rata-rata cacing bungkul dewasa betina antara 13,8 – 19,8 mm dan Jantan antara 11,2 – 14 5 mm. Gejala klinis yang ditemukan antara lain kambing kurus, napsu makan hilang, pucat, anemia dan kembung. Tinja berwarna hitam, lunak bercampur lendir atau darah segar.

d.                   Bunostomum sp (cacing kait)
Lokasi hidup cacing kait adalah di dalam usus halus kambing dan domba. Panjang caing jantan kira-kira 12 – 17 mm dan betina kira-kira 19 – 26 mm. Dikenal dengan cacing kait karena pada bagian ujung depan (kepala) cacing membengkok ke atas sehingga berbentuk seperti kait. Gejala klinis yang bisa diamati antara lain ternak mengalami anemia, terlihat kurus, kulit kasar, bulu kusam, napsu makan turun, tubuh lemah. Tinja lunak dengan warna coklat tua. Perlu diketahui bahwa cacing Bunostomum sp menempel kuat pada dinding usus. Cacing memakan jaringan tubuh dan darah, sehingga walaupun jumlah cacing hanya sedikit, namun ternak cepat menunjukkan gejala klinis yang nyata.

2.3. Cestodosis
Cacing Moniezea merupakan cacing Cestoda yang sering menyerang kambing. Cacing ini memiliki panjang tubuh bisa mencapai 600 cm dan lebar 1 – 6 cm. Bentuk cacing pipih, bersegmen dan berwarna putih kekuningan. Cacing ini jarang menimbulkan masalah, kecuali jika menyerang anak kambing yang sangat muda dan dalam jumlah yang besar. Tungau digunakan sebagai inang antara bagi cacing.

2.3.1. Siklus Hidup
            Cacing pita dewasa hidup dalam usus kambing dan domba akan melepaskan segmen yang masak bersama tinja, segmen tersebut pecah dan melepaskan telur . Telurtelur cacing dimakan oleh tungau tanah yang hidup pada akar tumbuhan. Telur-telur dalam tubuh tungau menetas menjadi larva. Kambing/domba memakan tungau bersamasama akar tanaman, seingga larva akan tertelan dan tumbuh menjadi dewasa di usus.

2.3.2. Pengobatan
Bisa diberikan preparat obat, antara lain : albendazole, oxfendazole 5 mg/kg berat badan, cambendazole 20 – 25 mg/kg berat badan, fenbendazole 5 – 10 mg/kg berat badan atau mebendazole 13,5 mg/kg berat badan.


BAB III
KESIMPULAN
            Parasit cacing pada ternak ruminansia dapat menyerang pada semua umur ternak tersebut. Diantara golongan cacing yang sering menyerang ialah Fasciolosis, Nematodosis, dan Cestodosis. Perlu pengetahuan mengenai ternak yang diserang oleh parasit ini. Selain itu upaya pencegahan juga harus diperhatikan agar ternak terhindar dari parasit-parasit cacing.
»»  Baca Selengkapnya...
Photobucket
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...