Photobucket

Sabtu, 04 Agustus 2012

Praktikum Penentuan HCG dalam Urin

BAB I 

PENDAHULUAN 

Darah merupakan cairan tubuh yang mempunyai fungsi sangat penting, terutama pada hewan dan manusia, salah satunya karena selain sebagai pengangkut hormon, pengedar panas dalam tubuh serta sebagai antibody, darah juga merupakan zat antara (medium tranport) yang membawa zat-zat makanan ke berbagai bagian tubuh kemudian membuang sisa-sisa hasil metabolisme. 

Darah mempunyai tingkat keasaman atau kebasaan tertentu. Keadaan pH darah pada tiap-tiap makhluk hidup berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor intrinsik yang terdiri atas volume darah dan jenis kelamin. Selain itu juga dapat disebabkan karena faktor ekstrinsik yang berupa status gizi yang diberikan dan pengaruh lingkungan. 

Urine atau disebut juga dengan air kemih merupakan hasil filtrasi ginjal. Sebagian dari hasil pemecahan yang terdapat akan disaring oleh ginjal. Pada acara praktikum kali ini tidak hanya dibahas tentang urine manusia normal tetapi juga dilakukan percobaan dengan wanita hamil. Pada urine wanita hamil dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa bulan kandungan. Pada awal kehamilan juga diekskreikan HCG ( Human Chorionik Gonadotropin ) yang merupakan glikoprotein yang mengadung galaktosa dan heksosamin ke dalam urine. Didalam HCG tersebut juga terdapat proses reaksi antigen – antibodi. 

Ureter adalah organ yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing (blader). Cara masuknya ureter menembus dinding blader sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu katub yang mencegah arus balik urine ke ginjal. Leher kantung kencing (blader) bersambungan dengan uretra, dan otot dinding blader bagian leher tersusun secara melingkar, membentuk suatu sfiagler yang mengontrol lewatnya urine masuk ke uretra. 

BAB II 

TUJUAN PRAKTIKUM 

Tujuan praktikum dalam penentuan HCG dalam urine adalah untuk mengetahui prinsip - prinsip dan cara-cara penentuan HCG dalam urine secara kualitatif. Selain itu praktikan diharapkan mampu menggunakan alat test slide untuk mengadakan percobaan HCG dalam urine. 

Manfaat dalam praktikum dasar fisiologi ternak ini memberikan pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan HCG yang terdapat dalam urine serta dapat mendeteksi urine pada wanita hamil. 

BAB III 

Tinjauan Pustaka 

Sistem urinasi bertujuan untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor untuk mempertahankan homeokinetis (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit dan konsentrasi banyak zat didalam plasma (Frandson, 1993). 

Menurut Frandson (1993) Human Chorinic Gonadotropin (HCG) adalah suatau glikoprotein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. Kadar HCG meningkat dalam darah dan urine segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. Dengan demikian ditemukannya HCG merupakan dasar bagi banyak tes kehamilan (Murray et al, 1999). Tes kehamilan menggunakan urine, ,karena dalam wanita hamil mengadung HCG (Human Chorionic Gonadotropin). HCG yaitu suatau hormon glikoprotein yang mempertahankan system reproduksi eanita dalam keadaan cocok untuk kehamiln . HCG disentesa pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus golgi (Johnson,1994). HCG dapat juga digunakan dalam upaya mersinkronkan ovulasi dan perkawianan yang diperlukan agar terjadi suatu konsepsi (Frandson,1993). Bila terdapat HCG dalam urine , HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi (Pearce , 1997 ). 

Volume urine yang dikeluarkan kemungkinan besar dikarenakan variasi jumlah air yang masuk dalam tubuh dan eliminasinya oleh paru-paru dan kulit. Rata-rata volume yang dikeluarkan berkisar antara 1 sampai 1,5 liter perhari. Volume air habis oleh paru-paru selalu konstan, sedangkan yang disekresikan oleh kulit berfariasi tergantung pada temperature dan kelembaban udara dan intensitas panas yang dihasilkan oleh aktivitas otak.(Tuttle & Schotelius,1961). Urin yang diekskresikan selama 24 jam, pada diet biasa meliputi air 1,2 L; urea 30 gr; asam urat 0,5 gr; kreatinin 1,0 gr; lainnya 10,0 gr; materi organik 3,0 gr. (Tuttle dan Schottelius, 1961).

Dalam urine juga terdapat tingkat keasaman (pH). Urine dalam keadaan asam dengan pH yang lebih rendah dari 6, ada asam yang dapat ditibrasi, ada ion-ion amonium, tetapi tidak ada ion bikarbonat. Sel-sel tubulus renal memiliki kemampuan untuk membentuk amoniak ( NH3 ) dari deaminasi asam-asam amino. Amonia tersebut berdifusi ke dalam tubulus dan segera bereaksi dengan ion-ion hidrogen membentuk ion-ion amonium ( NH4+ ) yang kemudian diekskresikan ke dalam urine, dalam kombinasi dengan klorida atau ion-ion negatif lainnya. Ini adalah cara untuk memindahkan ion hidrogen dan klorida, sementara garam netral amonium klorida membantu mempertahankan pH yang normal dari filtrat. Reabsorbsi bikarbonat dan ion-ion Na+ ke dalam plasma darah, merupakan cara yang penting guna mengotrol keseimbangan asam basa. pH urine yang terakhir, tergantung pada kuantitas berbagai ion yang terdapat di dalamnya. Peningkatan bikarbonat menyebabkan meningkatnya kebasaan ( alkalinitas ) urine. Urine yang asam dapat dihasilkan oleh pertukaran natrium dengan ion-ion hidrogen atau amonium klorida. ( Frandson , 1993 ). 

Urine yang terus menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis respiratorik atau asidosis metabolik & pada piroksida (demam) , sedangkan urine yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran kemih oleh organisme yang menguraikan urea. Contoh pada infeksi proteus, pH urine tetap sebesar 8 atau lebih tinggi lagi. Urine yang terus menerus bersifat basa juga terjadi pada renal tubular asidosis (penyakit ginjal dimana bikarbonat tidak dapat dikonservasi), pada kekurangan kalium & pada sindroma Fanconi (penyakit ginjal dimana terjadi gangguan ekskresi amonia) (S.A. Price d Sistem uriner terdiri dari dua ginjal dua ureter, kandung kencing , dan uretra. Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan mengekskresikan solut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dilakukan dalam organ dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus, diikuti dengan proses reabsorbsi sejumlah cairan dan air sesuai disepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solut dan air akan diekskresikan sebagai urine melalui sistem keluar tubuh. Menurut Pearce (1997) Dalam ginjal terjadi rangkaian proses pembentukan urine, yaitu sebagai berikut : 

1. Penyaringan atau filtrasi zat-zat sisa metabolisme. Proses ini dilakukan oleh simpai Bowmen.

2. Penyerapan kembali atau reabsorbsi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh. Proses ini berlangsung di sepanjang tubulus kontortus proksimal hingga gelung Henle.

3. Pengeluaran zat yang tidak diperlukan dan tidak dapat disimpan dalam tubuh yang disebut augmentasi. Proses ini terdapat di tubulus kontortus distal hingga tubulus kolektifus.

Pengeluaran glukosa yang terus meningkat akan menyebabkan diabetes. Hal ini disebabkan karena jika konsentrasi glukosa yang memasuki tubulus ginjal lebih dari 225 mg per menit, sebagian besar glukosa ini akan keluar melalui urine. Nilai itu sesuai dengan konsentrasi plasma yaitu 180 mg per 100 ml dan disebut renal threshoid.. Jika konsentrasi glukosa naik terus melebihi 325 mg per menit, yaitu nilai Tm untuk glukosa. Diginjal kelebihan glukosa ini keluar melalui urine. Karena pada penderita diabetes yang tidak diobati, dapat mencapai nilai gula darah diantara 300-500 mg per 100 ml, maka beberapa ratus gram glukosa dapat keluar melalui urine per hari (Effendi, 1991). Meski glukosa dapat melalui membran glomerolus, dalam keadaan normal konsentrasi glukosa dipertahankan melalui reabsorbsi yang sempurna. Dalam kenyataannya, adanya glukosa didalam urine merupakan keadaan yang tidak normal ( Tjokroprawiro , 1992 ). 

BAB IV 

METODOLOGI PRAKTIKUM 

Praktikum Dasar Fisiologi Ternak tentang penentuan HCG dalam urin dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2008 pada pukul 07.00 - 09.00 WIB di Laboratorium Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro Semarang. 

4.1. Materi

Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah urine wanita hamil dan urine wanita dewasa yang tidak hamil (urine normal). Alat yang diperlukan dalam praktikum ini adalah test slide dan gelas transparan. 

4.2. Metode

Menyiapkan urine wanita hamil dan urine wanita dewasa tidak hamil (urine normal). Langkah selanjutnya adalah menyelupkan test slide ke dalam tabung yang berisi sampel urine, sampai tanda panah pada slide, tunggu selama 20 detik, lalu angkat test slide dan letakkan dalam tempat yang kering, lakukan pengamatan pada test slide setelah 3 menit. Bila pada indikator terdapat satu strip berarti hasilnya negatif, tetapi apabila pada indikator terdapat dua strip berarti hasilnya positif. Mengulangi test pada urine wanita hamil pada temperatur di bawah temperatur kamar. 

BAB V 

HASIL PERCOBAAN 

Dari hasil praktikum tentang Penentuan HCG Dalam Urine dapat diketahui bahwa urine pada wanita hamil menunjukkan dua strip pada test slide yang berarti hamil sedangkan pada urine wanita dewasa yang tidak hamil (urine normal) menunjukkan satu strip pada test slide yang berarti tidak hamil.

BAB VI 

PEMBAHASAN 

Dari hasil percobaan diperoleh hasil pada wanita hamil menunjukkan dua strip pada test slide yang berarti positif sedangkan pada wanita yang tidak hamil (urine normal) menunjukkan satu strip pada test slide yang berarti negative. 

HCG berfungsi untuk mempertahankan corpus luteum yang membuat estrogen dan progesteron sampai saat plasenta terbentuk sepenuhnya dan dapat membuat sendiri cukup estrogen dan progesteron. Pada waktu itu kadar HCG juga turun. (Prawirohardjo, 1976). Human Chorionic Gonadotropic adalah hormon yang terdapat pada urine semasa kebuntingan pada manusia. Oleh sebab itu HCG hanya dapat digunakan pada manusia saja, sedangkan pada hewan tidak dapat digunakan (Pearce, 1997). 

HGC dalam urine akan diketahui pada wanita hamil karena HGC terbentuk hanya pada wanita yang sedang hamil. Adanya HCG dapat dideteksi 8-9 hari setelah adanya peristiwa ovulasi. HCG dalam urine berisi dua reagen, pertama adalah suspensi partikel lateks yang dilapisi atau terikat secara kovalen dengan HCG dan yang lain berisi larutan antibodi HCG. Bila terdapat HCG dalam urine, HCG terikat pada antibodi dan dengan demikian akan mencegah aglutinasi partikel lateks yang dilapisi HCG yang diperlihatkan oleh antibodi tersebut. Dengan demikian uji kehamilan positif, apabila tidak terjadi aglutinasi, dan kehamilan negatif jika terjadi aglutinasi. Identifikasi HCG ini dapat dilakukan pada awal-awal kehamilan (Murray et al, 1999). 

Test slide ini sangat tergantung pada kerja sama antibodi dan antigen. Antibodi ini zat kimia yang dihasilkan oleh limfosit dan struktur lain di dalam tubuh. Sedangkan antigen, zat asing yang masuk dan merangsang reaksi kimia tubuh. Jika antigen masuk ke dalam jaringan tubuh, antibodi bereaksi sehingga antigen tidak berbahaya lagi. Tiap antibodi hanya bereaksi terhadap antigen tertentu. Antibodi-antibodi itulah yang “ditambatkan” pada media tes, yang mempunyai dua strip (garis) indicator (Pearce, 1997). 

Pada fase kehamilan bulan ketiga dan keempat, korpus luteum masih menghasilkan hormon estrogen dan progresteron. Kedua hormon tersebut mempunyai peranan dalam mengatur dinding uterus sehingga siap untuk menerima implantasi dan memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh zigot yang sedang berkembang. Pada fase ini, juga sudah terjadi rangsangan pada kelenjar susu, sehingga pada saat diperlukannya sudah siap berfungsi. Selanjutnya fungsi korpus luteum diganti oleh plasenta yang menghasilkan hormon yang diperlukan untuk kehidupan janin dalam rahim. Hormon HCG (Human Chorionic Ganadotropin) yang bekerja dari hari kedelapan sampai minggu kedelapan kehamilan dapat digunakan untuk mengetes kehamilan, karena hormon tersebut dijumpai dalam urine orang yang hamil. Hormon lain yang dihasilkan oleh plasenta adalah hormon yang mempengaruhi kerja kelenjar susu untuk mengatur metabolisme ibu yang hamil, sehingga apa yang dibutuhkan ibu bisa dikurangi dan disalurkan kejanin, dan juga untuk mempersiapkan kebutuhan energi bagi ibu. Hormon penting lain yang juga dihasilkan plasenta adalah relaksin yang mempengaruhi fleksibilitas simfisis pubis dan organ-organ lain di daerah tersebut sehingga mempermudah kelahiran.(Kimball, 1994). 

BAB VII 

KESIMPULAN 

HCG (Human Chorinic Gonadotropin ) dalam urine wanita hamil menunjukkan dua stip pada test slide yang berarti wanita tersebut mengalami kehamilan sedangkan pada urine wanita tidak hamil (urine normal) menunjukkan satu stip pada test slide yang berarti wanita tersebut tidak mengalami kehamilan. 

Hormon HCG dapat ditemukan pada urine wanita hamil. Hormon ini dihasilkan oleh jaringan plasenta yang sedang berkembang sesaat setelah terjadi pembuahan. HCG dapat digunakan sebagai pendeteksi kehamilan. Prinsip kerja HCG test adalah reaksi penghambatan aglutinasi yang digunakan untuk menunjukkan hormon HCG yang disekresikan kedalam urine selama masa kehamilan. 



DAFTAR PUSTAKA

Effendi hasjim. DR, et all. 1991. Fisiologi dan Pathofisiologi Ginjal. Alumni, Bandung. 

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (diterjemahkan oleh B. Srigandono & Koen Praseno).

Johnson K. E. 1994. Histologi dan Fisiologi Sel. Binarupa Aksara, Jakarta.

Murray, Robert K. et al. 1999 Biokimia Harper. ECG. Jakarta.

Pearce, E. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Prawirohardjo, S. 1976. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

One Med Health Care. Test Kehamilan Instant. Dep. Kes. RI. KL.
0101200105.

Tuttle, W.W. and Schottelius, Byron A. 1961. Texbook of Physiology The C. V. Mosby Company, St. Louis, USA.

Photobucket
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...