PENDAHULUAN
Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan dalam makhluk hidup yang berupa kanaikan massa, pertambahan ukuran, pertambahan bobot badan, disertai dengan peningkatan populasi. Pertumbuhan adalah fenomena kompleks yang tidak hanya dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan, tetapi juga oleh hormon tiroid, androgen, glikocortiroid dan insulin. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Susunan genetika adalah faktor intrinsik, sedangkan makanan dan kondisi lingkungan merupakan faktor ekstrinsik yang paling penting mempengaruhi pertumbuhan.
Suatu fenomena penting dalam proses pertumbuhan adalah adanya perubahan penampilan organisme dengan pertambahan umur seperti dalam ukuran keseluruhan tubuh organisme atau bagian-bagian tubuh lainnya. Suatu jangka waktu tertentu diperlukan untuk menghasilkan perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lain yang timbul secar berurutan. Misalnya bagian akhir berupa bagian reproduktif tidak dapat terbentuk sebelum fase-fase tertentu telah dilalui yang membutuhkan waktu tertentu.
Pertumbuhan hewan sangat berbeda dengan pertumbuhan pada tumbuhan. Umumnya tumbuhan mampu tumbuh sepanjang hidupnya, sedangkan pada hewan hanya terjadi selama masa pertumbuhan hingga masa dewasa. Pada hewan semenjak lahir telah diketahui bentuk kasar pada masa dewasanya. Laju pertumbuhan suatu organisme berjalan secara tidak konstan, tetapi meliputi meliputi suatu periode pertumbuhan yang dipercepat dan pertumbuhan yang diperlambat. Pertumbuhan biasanya berlangsung dengan cepat dan selanjutnya berlangsung secara perlahan, hal tersebut membentuk kurva sigmoid. Pertumbuhan ayam bloiler berlangsung dengan cepat sampai 8 minggu, setelah itu pertumbuhan menjadi menurun.
BAB II
TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar Fisiologi Ternak mengenai mengukur keasaman tingkat darah bertujuan agar praktikan mampu menggunakan alat untuk mengadakan percobaan pengukuran pertumbuhan, agar praktikan mampu mengukur pertumbuhan, dan agar praktikan mampu menginterpretasikan data yang didapat. Serta bertujuan untuk mengetahui perubahan bobot badan, panjang sayap, panjang paruh, dan panjang tibiotarsus sebagai indikator utama pengukuran pertumbuhan. Setelah diberikan ransum dan dikandangkan dalam waktu 3 minggu maka dapat diketahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perubahan pada ayam.
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui kecepatan pertumbuhan ternak itu sendiri sekaligus dapat mengatahui lebih dini faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan indikasinya dapat diperoleh efisiensi produksi yang tinggi. Efisiensi produksi yang tinggi inilah yang sangat menguntungkan dan diharapkan peternak.
BAB III
Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan merupakan fenomena kompleks yang tidak hanya dipengaruhi oleh hormon petumbuhan tetapi juga hormon tiroid, androgen, glukocotikoid dan insulin. Pertumbuhan didefinisikan sebagai suatu peningkatan massa. Faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pertumbuhan hewan. Makanan dan kondisi lingkungan merupakan faktor ekstrinsik yang paling penting dalam mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan adalah penambahan bobot badan persatuan waktu (Tillman, 1991).
Laju pertumbuhan suatu organisme berjalan secara tidak konstan, tetapi meliputi suatu periode pertumbuhan yang dipercepat dan pertumbuhan yang diperlambat. Pertumbuhan biasanya berlangsung dengan cepat dan selanjutnya berlangsung secara perlahan. Hal tersebut membentuk kurva sigmoid. Pertumbuhan ayam broiler berlangsung dengan cepat sampai 8 minggu, setelah itu pertumbuhan menjadi menurun (Maynard, 1979). Pertumbuhan unggas dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum, dan lingkungannya (Wahju, 1992).
Fase pertumbuhan setelah individu dilahirkan meliputi fase balita, remaja, dewasa, kemudian mati. Pada hewan, fase dewasa adalah berfungsinya secara penuh organ-organ reproduksi di dalam tubuh. Pertumbuhan sebagian besar terjadi setelah selesainya morfogenesis dan diferensiasi. Agar pertumbuhan dapat terjadi, maka laju sintesis molekul yang kompleks dari organisme itu seperti protein, harus melebihi laju perombakannya. Ini berarti bahwa harus ada tambahan moleku organik (yaitu asam amino, asam lemak, gliserol, glukosa) yang diambil oleh organisme itu dari lingkungannya. Beberapa dari bahan ini merupakan bahan baku dalam reaksi anabolisme, dan lainya akan menyediakan energi ekstra yang diperlukan. Pada organisme fotosintetik, cahaya menyediakan energi untuk anabolisme dan molekul–molekul merupakan bahan baku (Kimball, 1983).
Dengan demikian, pertumbuhan berarti memperoleh lebih banyak bahan dari lingkungan dari pada yang dikembalikan ke lingkungan tersebut dalam bentuk limbah metabolik. Kita tumbuh dengan mengubah molekul organik yang tidak begitu spesifik yang kita ambil dari lingkungan menjadi bahan sel yang khas bagi kita. Kemampuan semua mahluk hidup untuk membentuk dirinya sendiri lebih spesifik, menyusun bahan kompleks dari bahan agak sederhana yang tak teratur dari lingkungan adalah suatu kemampuan tumbuh. Pertumbuhan pada organisme dapat terjadi secara sederhana dengan peningkatan jumlah sel-selnya. Orang dewasa terdiri dari kira–kira 60 triliun sel, sedangkan bayi yang baru lahir mengandung sel kira-kira 2 triliun. Pertumbuhan dapat juga terjadi sebagai akibat peningkatan ukuran sel. Dalam pertumbuhan suatu organisme, biasanya dapat dibedakan beberapa periode. Periode pertama adalah periode lamban dengan ciri adanya sedikit pertumbuhan atau tidak ada pertumbuhan yang sebenarnya. Dalam periode ini, organisme sedang mempersiapkan diri untuk tumbuh (Kimball, 1983).
Periode lamban diikuti oleh periode logaritma atau periode eksponen. Pada periode ini mulailah pertumbuhan, yang mula-mula lambat tetapi kemudian semakin cepat. Jadi organisme membesar menurut progresi geometri, perlipatan dan perlipatan lagi dalam ukurannya. Progresi yang demikian dinyatakan dalam aljabar dengan eksponen, karena itu fase pertumbuhan ini disebut fase eksponen. Organisme yang berbeda membutuhkan waktu yang sangat bervariasi untuk meningkatkan ukurannya mejadi dua kali. Berapapun lamanya, semua organisme selalu melalui periode percepatan yang konstan dalam pertumbuhannya (Kimball, 1983). Pertumbuhan hewan sangat berbeda dengan pertumbuhan pada tumbuhan. Umumnya tumbuhan mampu tumbuh sepanjang hidupnya, sedangkan pada hewan hanya terjadi selama masa pertumbuhan hingga masa dewasa. Pada hewan semenjak lahir telah diketahui bentuk kasar pada masa dewasanya (Slamet Prawirohartono, 1989).
Fase eksponen tidak terjadi terus-menerus, tetapi dilanjutkan dengan periode perlambatan. Sekarang pertumbuhan berlangsung lebih lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Pada banyak organisme, laju pertumbuhan menurun tapi tidak berhenti sama sekali (Kimball, 1983).
Pertumbuhan pada hewan tidak terjadi pada tempat tertentu seperti pada tumbuhan. Semua jaringan dan organ badan hewan ikut serta dalam pertumbuhan. Meskipun demikian, mereka semua tidak tumbuh dengan laju yang sama. Asas pertumbuhan badan adalah pertumbuhan kerangka penunjangnya. Tulang mampu tumbuh dan menjadi panjang hanya selama mereka mempunyai daerah tulang rawan tak bertulang, dimana pembelahan sel lebih lanjut dan pemanjangannya dapat terjadi (Kimball, 1983).
Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada hewan, yaitu :
1. Faktor Luar
Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, antara lain makanan, air, suhu, aktivitas, dan sinar matahari (Pratiwi, 1996).
1.1 Makanan
Makanan adalah faktor yang utama bagi pertumbuhan. Makanan memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh. Fungsi makanan yang utama adalah sebagai pembangun dan sumber energi. Makanan yang mempunyai peran terbesar bagi pertumbuhan adalah protein. Protein berfungsi sebagai zat pembangun dengan membentuk asam amino dan komponen tubuh yang lain (Pratiwi, 1996).
1.2 Air
Air dibutuhkan untuk pertumbuhan karena air merupakan pelarut protoplasma atau media untuk terjadinya reaksi kimia di dalam tubuh. Reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh meliputi sintesis protein, respirasi sel, dan ekskresi. Reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh berpengaruh secara langsung dalam pertumbuhan karena reaksi-reaksi kimia ini menghasilkan energi, membantu pembentukan sel-sel baru, dan memperbaiki jaringan tubuh (Pratiwi, 1996).
1.3 Aktivitas
Aktivitas fisik yang dilakukan selama bertahun-tahun memberikan pengaruh yang nyata pada struktur otot dan tulang. Dengan melakukan aktivitas secara rutin, badan akan lebih sehat dan metabolisme tubuh lancar. Dengan lancarnya metabolisme tubuh akan baik pula pertumbuhan (Pratiwi, 1996).
1.4 Cahaya Matahari
Cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang. Cahaya matahari mampu mengubah prekursor vitamin D menjadi vitamin D yang diperlukan untuk membangun tulang (Pratiwi, 1996).
2. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah gen dan hormon (Pratiwi, 1996).
2.1 Gen
Gen merupakan faktor penting dalam pertumbuhan karena gen adalah penentu pola dasar pertumbuhan yang meliputi bentuk–bentuk tulang, otot, warna kulit, dan ciri–ciri lainnya. Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan. Gen juga merupakan pengendali sintesis protein yang berfungsi untuk membangun tubuh (Pratiwi, 1996).
2.2 Hormon
Hormon merupakan suatu sekret yang dihasilkan kelenjar endokrin yang berfungsi mendorong pertumbuhan (Pratiwi, 1996).
Pertumbuhan merupakan hasil dari aktivitas pembelahan sel secara mitosis pada sel-sel somatis. Pembelahan mitosisi berakibat membesarnya atau memanjangnya tubuh atau bagian–bagian tubuh. Pembelahan sel secara mitosis dapat ditemui di semua bagian tubuh kecuali di sel kelamin. Perkembangan hewan dimulai dari fertilisasi sel telur dengan sperma yang menghasilkan zigot.
Berikutnya terjadi fase–fase pertumbuhan seperti :
a. Fase Pembelahan (Cleavage)
Inti sel melakukan pembelahan mitosis menjadi 2, dari 2 menjadi 4, dan demikian seterusnya. Sampai menjadi sekumpulan sel yang disebut morula (Pratiwi, 1996).
b. Fase Blastula
Pada fase ini, sel–sel pada morula melakukan penataan dengan cara melekuk dan menggulung sehingga terbentuk suatu rongga yang disebut blastosol. Blastosol ini terjadi akibat perpindahan sel-sel kutub animal yang kemudian menyusun diri sehingga terbentuk rongga berisi cairan. Kutub animal adalah bagian yang tidak mengandung kuning telur dan membelah lebih cepat dibandingkan kutub vegetal, yaitu bagian yang mengandung kuning telur dan lambat pembelahan selnya (Pratiwi, 1996).
c. Fase Gastrula
Hasil pembelahan sel kutub animal berpindah ke bawah sel–sel yang berisi kuning telur dari kutub vegetal. Pada awal gastrula ini terjadi dorongan ke dalam massa sel sehingga membentuk bulan sabit (blastofor). Sel-sel kutub animal yang tidak masuk ke dalam disebut ektoderma. Sel-sel kutub animal yang masuk ke dalam di bawah ektoderma disebut mesoderma. Sel-sel kutub vegetal yang tumbuh ke dalam, di bawah mesoderma, menjadi selapis sel yang tumbuh ke atas dan meliputi rongga, disebut endoderma (Pratiwi, 1996).
d. Fase Diferensiasi
Pada fase ini, ketiga lapisan tersebut berubah menjadi organ–organ. Hewan yang perkembangan tubuhnya berasal dari 3 lapis sel disebut triploblastik (Pratiwi, 1996).
BAB IV
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Dasar Fisiologi Ternak tentang pertumbuhan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2008 pada pukul 07.00 - 09.00 WIB di Laboratorium Struktur dan Fungsi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro Semarang.
4.1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kandang ayam sebagai tempat untuk memelihara ayam, jangka sorong dan penggaris sebagai alat untuk mengukur panjang bagian tubuh ayam, timbangan untuk mengukur bobot badan ayam, dan Bahan yang digunakan adalah ayam sebagai hewan percobaan.
4.2. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum pertumbuhan adalah mula-mula menghitung bobot badan awal, mengukur panjang paruh, panjang extrinitas arterior kiri dan kanan,serta mengukur panjang extrenitas posterior kiri dan kanan dengan menggunakan jangka sarong. Setelah 3 minggu ayam ditimbang lagi untuk mengetahui bobot badan, paruh, panjang extrinitas arterior kiri dan kanan, panjang extrinitas posterior kiri dan kanan untuk mengetahui pertumbuhannya.
BAB V
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Pertumbuhan awal
Pengukuran
Berat badan (kg)
Panjang paruh (mm)
Panjang sayap (cm)
Panjang kaki
(cm)
1
0,60
14,0
14,0
16
2
0,60
14,5
15,0
16
3
0,60
15,0
14,0
16
Rata-rata
0,60
14,5
14,3
16
Sumber: Data primer praktikum Fisiologi, 2008
Tabel 2. Pertumbuhan akhir
Pengukuran
Berat badan
(kg)
Panjang paruh (mm)
Panjang sayap (cm)
Panjang kaki (cm)
1
0,82
19,6
19,5
22,0
2
0,84
20,3
18,0
21,0
3
0,84
20,2
18,5
21,1
Rata-rata
0,83
20,03
18,67
21,37
Sumber: Data primer praktikum Fisiologi, 2008
Keterangan :
1. Panjang sayap diukur dari pangkal sayap ayam sampai ujung sayap dengan cara dibentangkan terlebih dahulu.
2. Panjang paruh diukur dari ujung paruh sampai pangkal paruh.
3. Panjang fibiotarsus dari pangkal kaki sampai lutut.
Perhitungan Laju Pertumbuhan :
Laju Pertumbuhan = Rata-rata bobot sekarang – Rata-rata bobot awal
(bobot badan)
= 0,83 – 0,6
= 0,23 cm
Laju Pertumbuhan = Rata-rata paruh sekarang – Rata-rata paruh awal
(Paruh)
= 20,03 – 14,4
= 5,63 mm
Laju Pertumbuhan = Rata-rata sayap sekarang – Rata-rata sayap awal
(Sayap)
= 18,67 – 14,3
= 4,37 cm
Laju Pertumbuhan = Rata-rata kaki sekarang – Rata-rata kaki awal
(Kaki)
= 21,37 - 16
= 5,37 cm
BAB VI
PEMBAHASAN
Pertumbuhan akhir diukur setelah ayam diberi perlakuan selama 3 minggu dan masih mungkin terjadi pertumbuhan lebih lanjut lagi. Berat badan diukur dengan timbangan, panjang kaki diukur dari pangkal paha sampai telapak kaki, panjang sayap diukur dari pangkal sayap sampai ujung sayap, dan panjang paruh diukur dari pangkal paruh sampai ujung paruh.
Pertumbuhan awal dimulai dari periode lamban dengan ciri-ciri sedikit pertumbuhan. Disusul dengan periode logaritma atau eksponen yang ditandai dengan pesatnya pertumbuhan baik secara eksterior (berat badan, panjang sayap, panjang kaki, dan panjang paruh) maupun secara interior (organ-organ dalam, jaringan otot, dan tulang). Akhir dari pertumbuhan adalah periode perlambatan yang ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan yang cenderung konstan (Anggorodi, 1984).
Pertumbuhan pada ayam ditandai dengan terjadinya pertambahan massa (berat), panjang kaki, panjang sayap, dan panjang paruh. Dari data diatas, diperoleh pertambahan baik massa maupun panjang yang cukup signifikan. Berat rata-rata ayam naik dari 0,60 kg menjadi 0,83 kg. Panjang sayap rata-rata dari 14,3 cm menjadi 18,67 cm, panjang Tibiatarsus rata-rata dari 16 cm menjadi 21,37 cm, dan panjang paruh rata-rata dari 14,5 cm menjadi 20,03 cm.
Ayam-ayam yang digunakan dalam percobaan ini termasuk dalam periode logaritma karena adanya pertambahan baik massa (berat badan) maupun panjang (kaki, sayap, dan paruh) yang sangat pesat dan mencapai puncaknya di periode ini.
Cepat-lambat pertumbuhan pada ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dalam maupun faktor luar, antara lain :
1. Makanan
Makanan yang diberikan pada ayam menentukan laju pertumbuhan ayam. Makanan yang kaya akan protein dan vitamin akan membuat pertumbuhan ayam meningkat, sebaliknya jika ayam diberikan makanan yang kurang protein dan vitamin akan menyebabkan pertumbuhan ayam terhambat.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada ayam. Ayam jantan cenderung lebih cepat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan ayam betina. Hal ini karena proses metabolisme pada ayam jantan lebih cepat dan lebih mudah menguraikan bahan makanan (Wahju, 1992).
3. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan ayam memberikan pengaruh yang nyata pada struktur otot dan tulang. Jika sering beraktivitas, pertumbuhan otot dan tulang akan cepat. Jika aktivitas kurang, maka pertumbuhan otot dan tulang terhambat. Ayam yang digunakan dalam percobaan ini terlihat kurang aktivitas karena ditempatkan dalam kandang yang sempit, sehingga pertumbuhan ayam belum maksimal. Aktivitas ayam jantan lebih tinggi daripada ayam betina (Wahju, 1992).
4. Lingkungan
Keadaan lingkungan di sekitar ayam mempengaruhi pertumbuhan ayam tersebut. Lingkungan yang baik seperti kandang yang bersih dan makanan yang bersih dapat meningkatkan pertumbuhan ayam. Pada percobaan, ayam yang digunakan ditempatkan pada kandang yang tidak bersih sehingga pertumbuhannya tidak maksimal (Wahju, 1992).
5. Gen dan Hormon
Gen adalah penentu pola dasar pertumbuhan yang meliputi bentuk-bentuk tulang, otot, warna bulu, dan ciri lainnya. Hormon berfungsi mendorong petumbuhan. Ayam yang mempunyai gen pedaging lebih cepat pertumbuhannya terutama pertumbuhan daging atau ototnya (Wahju, 1992).
Pertumbuhan ayam dapat digambarkan dengan kurva yang berbentuk sigmoid (Anggorodi, 1984) :
Berat (gr), panjang(cm)
]
umur (hari)
Kualitas ransum yang baik akan mempercepat pertumbuhan . Sedangkan untuk faktor genetik dan lingkungan saling mempengaruhi, apabila ayam hidup dalam lingkungan yang mendukung maka genetiknya akan berkembang dengan optimal. Faktor genetik adalah faktor yang bersifat menurun, sedangkan lingkungan meliputi ransum, penyakit dan manajemen. Kedua faktor ini menyebabkan kemampuan pertumbuhan individu berbeda. Menurut Suharsono (1976) pertumbuhan merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan.
BAB VII
KESIMPULAN
Pertumbuhan ditandai dengan terjadinya pertambahan jumlah dan ukuran sel. Tumbuh merupakan salah satu ciri mahluk hidup. Pertumbuhan meliputi beberapa periode, yaitu periode lamban, periode logaritma, dan periode perlambatan.
Hasil dari percobaan menunjukkan terjadinya penambahan berat badan, penambahan panjang kaki, sayap, dan paruh yang cukup signifikan pada ayam. Pertumbuhan mencapai puncaknya pada periode logaritma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, antara lain makanan, jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, gen, dan hormon. Jika salah satu dari faktor-faktor tersebut ada yang kurang baik, maka pertumbuhan ayam akan terhambat. Kurva dari pertumbuhan ayam berbentuk sigmoid.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan ke-3. PT Gramedia, Jakarta.
Maynard, N. D. 1979. Dasar Fisiologi dan Pertumbuhan Ternak. Erlangga, Jakarta.
Kimball, J. 1991. Biologi Jilid II. Erlangga, Jakarta.
Pratiwi, D. A, dkk. 1996. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Prawirohatono, S. 1989. Biologi untuk Universitas. Erlangga, Jakarta.
Suharsono, 1976. Broiler Respons to Various Enviromental Condition. UNPAD Bandung.
Tillman, A.D, et al. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.
Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Fakultas Peternakan IPB, Bogo.r