BAB
I
PENDAHULUAN
Proses
makan (feeding) adalah aktivitas yang komplek, yang meliputi mencari makanan,
mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan mencerna. Dalam saluran
pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan dimetabolismekan. Semua
proses ini dapat mempengaruhi konsumsi makanan dalam jangka pendek (short term
basis). Namun demikian perlu diperhatikan bahwa, pada ternak dewasa kebutuhan
pokoknya (berat tubuhnya) relatif konstan, walaupun makanan tersedia ad
libitum. Dengan demikian konsep jangka pendek-jangka panjang dalam mengontrol
konsumsi harus diperhatikan. Walaupun sistem kontrol ini sama pada setiap jenis
ternak, namun ada perbedaan antar spesies yang tergantung pada pada struktur
dan fungsi saluran pencernaannya.
Untuk
menghasilkan performan produksi yang tertinggi, ternak memerlukan nutrien.
Nutrien ini dibutuhkan untuk hidup pokok (maintenance) dan berbagai produksi
(production). Faktor yang harus diperhatikan adalah jumlah makanan yang
diberikan, semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari, akan
semakin memberikan kesempatan untuk menghasilkan produksi tinggi. Peningkatan
produksi yang diperoleh dari konsumsi makanan yang lebih tinggi biasanya
berkaitan dengan peningkatan efesiensi proses-proses produksi, sehingga
proporsi untuk kebutuhan pokok menurun sedangkan produksi meningkat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Insting/naluri (kebutuhan tubuh)
Tingkah laku
ternak yang kebutuhan pakan sudah terpenuhi tapi ada zat nutrisi yang ia
butuhkan tidak terdapat pada pakannya seperti kelinci yang memakan kotoran
pertamanya di pagi hari, ayam yang mematuk-matuk kerikil, sapi yang menjilat
air seninya sendiri dan lain-lain.
2.2.
sensor lapar kenyang
a.
kimia (kandungan glukosa dalam darah atau gula darah)
Hipotalamus
mengatur berbagai pengeluaran zat makanan dari makanan dalam saluran
pencernaan, penyerapan serta transportasi zat-zat makanan. Berdasarkan teori
khemostatik, peningkatan konsentrasi substansi tertentu memberikan signal untuk
berhenti makan, sebaliknya jika konsentrasi rendah menyebabkan ternak akan
mulai makan. Glukosa merupakan indikator yang menentukan kenyang atau lapar
bagi ternak. Jika konsentrasi glukosa darah rendah dan disuntik dengan insulin
maka ternak akan merasa lapar. Sebaliknya setelah makan konsentrasi glukosa
akan meningkat dan ternak akan berhenti makan.
Mekanisme
pengaturan gula darah diilustrasikan pada berikut:
Reseptor glukosa diduga
terletak di hipothalamus. Hipotalamus dapat memonitor kadar glukosa baik di
pembuluh vena maupun arteri. Penelitian yang lain menunjukan bahwa receptor
tersebut saluran pencernaan dan hati. Sebagai bukti bahwa jika glukosa
disuntikan di usus atau di sistem portal hepatik menyebabkan menurunan intake
pakan yang lebih besar dibandingkan jika disuntikan di sirkulasi periperal. Dugaan
lain yang mengatur komunikasi saluran pencernaan dan otak adalah hormon peptida
cholecystokinin. Hormon ini dikeluarkan jika asam amino dan asam-asam lemak
mencapai duodenum, dan ini merupakan kerja hipothalamus
b.
fisik (kapasitas rumen atau lambung ternak)
Interaksi
antara efek mekanistis makanan dalam lambung atau rumen (berupa distensi atau
penggembungan lambung oleh makanan) dengan efek kimia dari makanan berupa
pelepasan hormon-hormon tertentu seperti Kolesistokinin dari usus halus.
Sehingga ternak akan merasa kenyang.
2.3.
Thermostatik
Teori
ini berlandasan bahwa ternak akan makan untuk mempertahankan panas dan akan
berhenti makan untuk mencegah hyperthermia. Panas yang diproduksi dari hasil
pencernaan dan metabolisme makanan adalah merupakan signal dalam pengaturan
makan. Thermoreceptor sensitif terhadap perubahan panas yang terjadi di
anterior hipothalamus dan juga di periperal kulit. Sebagai bukti, pada daerah
panas ternak akan mengurangi makannya untuk menurunkan produksi panasnya.
2.4.
palatabilitas, tekstur dan rasa
Penginderaan
penglihatan, penciuman, perabaan dan perasa memiliki peran yang penting dalam
menstimulasi selera makan manusia, dan mempengaruhi jumlah makanan yang
dicerna. Pada hewan penginderaan memiliki peran yang lebih kecil dari pada
manusia. Palatabilitas adalah derajat kesukaan pada makanan tertentu yang
terpilih dan dimakan. Pengertian palatabilitas berbeda dengan konsumsi.
Palatabilitas melibatkan indera penciuman, perabaan dan perasa. Pada ternak
peliharaan memperlihatkan prilaku mengendus (sniffing) makanan.
Kebanyakan
hewan memiliki preferensi menyukai makanan tertentu, terutama jika memiliki
kesematan memilih. Contohnya, anak babi muda lebih menyukai larutan gula
dibandingkan air, sementara unggas tidak bisa membedakan rasa manis, tapi tidak
dapat mencerna larutan garam dengan konsentrasi berlebih.
BAB III
KESIMPULAN
Banyak faktor
yang mempengaruhi ternak untuk mengkonsumsi pakan. Kapasitas rumen atau
lambung, naluri atau insting ternak yang kekurangan zat nutrisi tertentu,
keadaan lingkungan yang menyebakan ternak harus mempertahankan suhu tubuhnya,
palatabilitas, tekstur, dan rasa mempengaruhi dorongan ternak untuk
mengkonsumsi pakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aminuddin01.wordpress.com/2009/09/24/bagaimana-kita-merasa-lapar-dan-kenyang-mengapa-kita-perlu-merasakan-lapar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar