Photobucket

Senin, 01 Oktober 2012

Makalah Pengaruh Lingkungan terhadap Sapi LIMPO


BAB I
PENDAHULUAN
            Peternakan merupakan suatu kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan ternak untuk diambil manfaat dari hasil kegitan. Dalam kegiatan tersebut perternak berupaya mendatang ternak unggul dari negara-negara yang mempunyai ternak domestik unggul yang pertumbuhan dan produksinya bagus, seperti sapi Limousin dari Eropa, sapi Brahman dari india, dan lain-lain. Namun peternak di Indonesia terkendala karena bibit tersebut perlu penyesuaian terhadap iklim dan lingkungan indonesia. Maka dalam hal ini perlu manipulasi agar ternak dapat beradaptasi dengan lingkungan
            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui pengaruh lingkungan terhadap performans sapi LIMPO


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sapi LIMPO
            Sapi LIMPO adalah sapi hasil persilangan antara sapi Limousin dan PO (Peranakan Ongole). Limousin adalah sapi dari bangsa Bos Taaurus yang berasal dari daerah sedang (temperate zone), terbiasa hidup di daerah dengan temperatur udara yang dingin dan tatalaksana pemeliharaan yang intensif, serta termasuk dalam ternak besar dimana pertumbuhan secara genetik mempunyai laju yang cepat.  Sapi PO adalah termasuk bangsa Bos Indicus yang berasal dari daerah tropis, terbiasa hidup di daerah dengan temperatur udara yang panas dan tatalaksana pemeliharaan yang ekstensif, serta termasuk sapi tipe kecil sampai sedang sehingga laju pertumbuhannya rendah sampai sedang. Oleh karena itu, LIMPO secara genetik akan mewarisi sifat-sifat kedua tetuanya masing-masing sebesar 50%.
2.2. Pengaruh lingkungan terhadap Sapi LIMPO
            Sapi potong membutuhkan comfort zone (CZ), yaitu temperatur lingkungan yang nyaman dan melancarkan fungsi dalam proses fisiologi ternak yang tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa CZ untuk sapi dari daerah tropis adalah antara 22–30°C, sedang untuk sapi daerah sedang adalah 13–25°C. Sebagai hasil silangan antara sapi dari daerah sedang dengan sapi daerah tropis, maka diduga CZ untuk sapi SIMPO dan LIMPO adalah 17–28°C, sehingga diperkirakan temperatur udara lingkungan yang panas tersebut akan mempengaruhi performan sapinya.
            Secara genetik sapi silangan lebih peka terhadap peningkatan temperatur udara lingkungan. Hal ini karena sapi silangan mempunyai jumlah kelenjar keringat per luasan kulit yang lebih sedikit, kulit lebih tebal dengan luasan per kg bobot hidup yang lebih kecil, rambut badan lebih panjang dan lebat serta warna tubuh lebih gelap, sehingga kemampuan membuang panas dari tubuh ke lingkungan menjadi lebih terbatas.
            Temperatur udara di daerah  yang lebih sering berada di batas maksimal, bahkan kadang di atas CZ sapi silangan, menyebabkan LIMPO mengalami masalah dengan panas tubuhnya. Sapi harus meningkatkan kemampuan fisiologi dan menurunkan konsumsi pakannya. Sapi yang mengalami cekaman panas lingkungan akan berusaha meningkatkan pengeluaran panas tubuh ke lingkungan sekitar. Atau menurunkan produksi panas tubuh, yaitu antara lain melalui penurunan jumlah konsumsi nutrien sumber energi. Limousin adalah murni sapi tipe pedaging . Sebagai hasil silangan, maka sapi LIMPO mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang lebih baik dan daya tahan terhadap temperatur panas yang lebih tinggi pada dataran rendah. Namun untuk memcapai hasil yang maksimal, sapi LIMPO akan lebih cocok pada dataran tinggi dengan udara yang sejuk.


BAB III
KESIMPULAN
             Sapi LIMPO adalah hasil persilangan antara sampi Limousin  dan PO (Peranakan Ongole). Sapi Limousin terbiasa hidup di temperatur dingin dan pertumbuhan cepat sedangkan PO terbiasa hidup pada daerah bertemperatur panas sedangkan pertumbuhannya rendah atau sedang. Sehingga sapi LIMPO mewariskan masing-masing 50% dari sifat induknya. Sapi LIMPO lebih tahan terhadap lingkungan yang udaranya bertemperatur panas. Namun akan lebih maksimal pertumbuhannya jika pada daerah bertemperatur rendah. Sehingga ketika sapi LIMPO dipelihara di dataran rendah tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan dan produktivitasnya.


DAFTAR PUSTAKA
DIWYANTO, K. 2002. Program Pemuliaan Sapi Potong (Suatu Pemikiran). Pros. Seminar Nasional “Kebijakan Breeding”. Bogor, 30 September–1 Oktober 2002. Puslitbang Peternakan, Bogor.

ESMAY, M.L. dan J.E. DIXON. 1986. Environmental Control for Agricultural Buildings. The AVI Publ. Co. Westport. Conecticut.

WILLIAMSON, G. and W.J.A. PAYNE. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

WEBSTER, C.C. dan P.N. WILSON. 1980. Agriculturein Tropics. The English Language Book Society and Longman Group. London.

YOUSEF, M.K. 1984a. Measurement of heat production and heat loss. In: Stress Physiology in Livestock. Vol. I Basic Principles. YOU SEF, A.K. (Ed.). CRS Press Inc. Boca Raton Florida.

Tidak ada komentar:

Photobucket
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...