Photobucket

Minggu, 25 Desember 2011

Praktikum Kimia Dasar Mengenai Analisa Kuantitatif

BAB I
PENDAHULUAN
Analisa (atau analisis) dapat diartikan sebagai usaha pemisahan suatu kesatuan pengertian ilmiah atau suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat dikaji lebih lanjut. Analisa kuantitatif merupakan penentuan kelimpahan absolutif atau relatif ( sering dinyatakan sebagai kosentrasi ) dari satu, beberapa atau semua zat tertentu (s) yang hadir dalam sampel
Analisa kuantitatif digunakan dalam praktikum kimia dengan materi Pengenalan Analisa Kuantitatif. Analisa kuantitatif  ini bertujuan menentukan jumlah suatu zat atau komponen zat. Sedangkan dalam praktikum  kimia dengan materi Pengenalan Analisa Kuantitatif bertujuan mengenal metode analisa kuantitatif. Manfaat dari praktikum kimia ini adalah agar praktikan mampu menghitung standarisasi NaOH dan dapat menetapkan kadar asam cuka pada sampel asam cuka perdagangan.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel, zat yang ditetapkan seringkali dinyatakan sebagai konstituen (Irfan, 2000). Analisis kuantitat if diartikan sebagai upaya pemisahan suatu bahan atau materi menjadi senyawa-senyawa penyusunnya. Sehingga data yang diperoleh dapat ditinjau lebih lanjut dan data yang diperoleh juga dapat dipergunakan untuk menetapkan komponen atau penyusun bahan tersebut (Haryadi, 1993). Analisa kuantitatif adalah suatu upaya untuk menguraikan senyawa menjadi unsur – unsurnya atau komponen – komponennya ( Herman,1994). Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat (Svehla, 1985).
Pengertian lain dari analisa kuantitatif adalah analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran bahan (Sumardjo, 1997). Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam – basa yang sesuai. Untuk memperjelas titik equivalen titrasi, biasanya ditambah indikator kimia yang akan memberikan perubahan warna pada kondisi keasaman larutan (Oxtoby, 1999).




2.2. Macam-macam Analisa Kuantitatif
Analisis kuantitatif digolongkan ke dalam beberapa macam, diantaranya volumetri, grafimetri dan presipitrimetri.

2.2.1. Volumetri
Volume digunakan untuk membedakan konsentrasi dari substansi yang larut dalam larutan, hal ini dinamakan sebagai analisa kuantitatif, namun dapat pula disebut sebagai analisa volumetri (Underwood, 1991). Volumetri merupakan suatu bagian dari metode analisa kuantitatif yang dapat dilakukan dengan cara mengukur volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya setelah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya (Keenan, 1998). Lambatnya suatu reaksi dapat menyebabkan naiknya volume suatu larutan (Underwood, 1994).

2.2.2. Grafimetri
Grafimetri adalah cara mengevaluasi, mereaksikan bahan sehingga timbul suatu gas caranya dengan mamasangkan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari (Keenan, 1998).Grafimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang bisa berupa garam-garam klorida (Underwood, 1991).


2.2.3. Presipitrimetri
Pembahasan ini hanya membahas argentiometri yakni salah satu cara pengukuran suatu zat dalam larutan dengan mempergunakan larutan standarnya (Keenan, 1998). Presipitrimetri yaitu titrasi dimana terbentuk endapan. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks (Underwood, 2002). Titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-basa yang sesuai (Oxtoby, 1999).






BAB III
MATERI DAN METODE

Pratikum dengan materi analisa kuantitatif dilaksankan pada tanggal 2 Oktober 2011 pada pukul 14.30 – 16.30 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

3.1. Materi
Alat yang digunakan dalam Pratikum Pengenalan Analisa Kuantitatif adalah buret digunakan untuk menitrasi, statif digunakan untuk meletakkan klem, klem digunakan untuk penjepit bref dengan statif, Erlenmeyer 100 ml digunakan untuk mencampur larutan, Labu ukur 250 ml dan Labu ukur 100 ml digunakan untuk membuat larutan standar, Pipet volume 10 ml digunakan untuk memipetkan NaOH, Pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan dengan jumlah sedikit.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat (H2C2O4).2H2O,NaOH 0,1 N, fenolftalein (PP) 1%, asam cuka (CH3COOH) dengan merk Dixi.



3.2. Metode
3.2.1. Standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
Timbang Asam Oksalat 0,63 gram kemudian encerkan dengan aquades hingga 100ml lalu masukan kedalam buret. Pipet 10 ml NaOH dan masukan kedalam enlemeyer 100 ml kemudian tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Larutan tersebut dititrasikan dengan asam oksalat standar sampai warna merah tepat hilang. Catat volume asam oksalat yang digunakan. Lakukan titrasi 2 kali. Hitung konsentrasai NaOH sesungguhnya.

3.2.2. Penetapan Kadar Asam Cuka
Isikan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam buret. Ambil 10 ml asam cuka kemudian encerkan sampai 250 ml dengan labu takar. Pipet 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan masukan ke dalam enlemeyer kemudian tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Titrasikan larutan tersebut dengan NaOH sampai muncul warna merah muda yang tetap. Lakukan tritasi 2 kali. Catat volume NaOH yang digunakan. Hitung kadar asam cuka.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar
Hasil praktikum Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Standarisasi Asam Oksalat
Titrasi
Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I
10.5 ml
Titrasi II
9.5 ml
Rata-rata
10 ml
Sumber: Data Primer Pratikum Kimia Dasar, 2011
Standarisi NaOH dengan asam oksalat standar yang telah diketahui dengan teliti konsentrasinya yaitu 0,1 N. Penggunaan titran asam oksalat dikarenakan larutan yang akan dititrasi adalah larutan basa (NaOH) sehingga apabila ditambahkan asam akan menjadi netral. Ketika fenolftalein (PP) ditambahkan, terbentuk warna merah muda karena larutan bersifat basa dan indikator memberikan warna merah muda. Setelah titrasi berlangsung warna merah muda berangsur-angsur hilang atau pudar pada saat itu terjadilah titik ekuivalen. Yang menyebabkan terjadinya kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi yang memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi
4.2. Penetapan Kadar Asam Cuka
Hasil praktikum Pengenalan Analisa Kuantitatif diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 2. Pengukuran Kadar Asam Cuka
Titrasi
Volume NaOH (ml)
Titrasi I
13.8 ml
Titrasi II
14.4 ml
Rata-rata
14.1 ml
Sumber: Data Primer Pratikum Kimia Dasar, 2011
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan yang mula-mula jernih menjadi berwarna merah muda yang tetap. Ini menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan berlangsung positif. Reaksi penetralan ini menghasilkan garam yang sifatnya basa karena yang direaksikan adalah asam lemah dengan basa kuat sehingga fenolftalein memberikan warna merah muda pada akhir titrasi Hal ini bersesuaian dengan pendapat Oxtoby (1999) yang menyatakan bahwa titik akhir titrasi ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-basa yang sesuai. Namun kadar asam cuka yang diperoleh tidak sama dengan yang tertera di kemasan produk cuka perdagangan.


BAB V
KESIMPULAN
Dalam pratikum standarisai asam NaOH, dapat disimpulkan konsentrasi assam oksalat dengan NaOh sama yaitu 0,1 N. Dan pada penambahan fenolftalein akan terbentuk warna merah muda karena larutan bersifat basa. Namun pada pratikum kadar asam cuka terdapat peerbedaan yang jauh antara hasil pratikum dengan kadar asam cuka yang telah tertera pada kemasan cuka perdagangan. Reaksi penetralan yang akan terjadi akan menghasilkan perubahan warna merah muda yang tetap. Hal ini dikarenakan selisih waktu yang menyebabkan kesalahan pada waktu titrasi berlangsung.








DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A. dan A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.

Haryadi. 1994. Kimia Kedokteran dan Analisa. Universitas Diponegoro: Semarang.
Herman, R. 1994. Analisa Farmasi. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Irfan, A. 2000. Ilmu Kimia. Erlangga: Jakarta.
Keenan, C. 1998. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi 6. The University Tennesa Knoville. Erlangga, Jakarta.

Oxtoby, D. W. 1999. Kimia Modern Edisi 4 jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Sumardjo. 1997. Petunjuk Pratikum Kimia Dasar I. Fakultas Kedokteran Umum: Semarang.

Svehla, G. 1985. Kimia Analisis. PT. Kalman Media Pusaka: Jakarta. Terjemahan Soetiono.

Underwood, K. K. 1991. Kimia Untuk Universitas Edisi Ke-6. Erlangga: Jakarta.
William, L. Chemical Principle. Sounder College Publishing, United States America.



Lampiran 1. Perhitungan analisa kuantitatif

1. Perhitungan Normalitas NaOH :
Diketahui : NI = 0.1 N
                   VI = 12.65 ml
                   V2 = 15 ml
Ditanya : N2…?
Jawab :
N1.V1             = N2.V2                                 
(0.1)(12.65)     = N2 (15)
1.265               = 15 N2
N2                   = 1.265
                  15
            = 0.0843 N
Keterangan :
NI =  Normalitas Asam Oksalat
N2 = Normalitas NaOH
VI = Volume rata-rata titrasi
V2 = Volume NaOH
2. Perhitungan Kadar Asam Cuka (Dixie)
Diketahui : VI = 4.65 ml
                   N  = 0.084
                   P   = 50
                   B  = 60
                   V2 = 5 ml
Ditanya : %....?
Jawab :
% = VI X N X P X B  . 100%
            V2 X 1000

     = 4.65 X 0.08X 50 X 60 . 100%
                   5 X 1000

      = 1116 . 100%
          5000
      = 0.2232.100%
      = 22.32 %
Keterangan :
VI = Volume NaOH (Rata-rata titrasi)
N = Normalitas NaOH
P = Pengenceran
B = Berat molekul
V2 = Volume Asam Cuka
Dixie= 250 = 5 ml
              5

Tidak ada komentar:

Photobucket
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...